Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 17 Juni 2016



Artikel ini membahas tentang pengertian pendidikan. Pendidikan adalah hal terpenting dalam kehidupan seseorang. Melalui pendidikan, seseorang dapat dipandang terhormat, memiliki karir yang baik serta dapat bertingkah sesuai norma-norma yang berlaku. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis, sistematis, intensional dan kreatif dimana peserta didik mengembangkan potensi diri, kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di masyarakat.

Pengertian pendidikan
Image courtesy of http://www.pengertianahli.com/2014/04/pengertian-pendidikan-apa-itu-pendidikan.html
Perkembangan di dunia pendidikan ikut berubah seiring dengan perkembangan jaman dimana pola pikir pendidik berubah dari konservatif menjadi lebih modern.  Hal ini memiliki implikasi terhadap metode pendidikan di Indonesia. Menyikapi hal ini, para pakar pendidikan memberi kritisi dengan acara menjelaskan teori pendidilkan yang mengungkapkan teori pendidikan yang sesungguhnya.
Tujuan pendidikan itu untuk menciptakan pribadi berkualitas dan memiliki karakter sehingga mempunya visi yang luas kedepan untuk menggapai cita-cita yang diharapkan serta mampu beradaptasi secara efisien dalam berbagai lingkungan. Jadi salah satu konsep pendidikan itu sendiri adalah untuk sarana motivasi diri supaya menjadi lebih baik. Pendidikan bisa dimulai semenjak bayi masih berada dalam kandungan seperti yang banyak orang lakukan dengan memperdengarkan musik, membaca untuk sang bayi yang masih berada dalam kandungan atau mengajaknya bercakap-cakap. Hal ini dilakukan dengan harapan dapat memberi masukan ilmu kepada sang bayi sebelum proses kelahiran.
Pengertian pendidikan

Undang undang sistem pendidikan nasional
Image courtesy of http://soedijarto.blogspot.com/2013/05/dukung-revisi-uu-sisdiknas-dengan.html
Pengertian pendidikan menurut Undang Undang SISDIKNAS no. 20 tahun 2003, adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam bermasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia. Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa pendidikan berasal dari kata “didik” dan mendapat imbuhan berupa awalan ‘pe’ dan akhiran ’an’ yang berarti proses atau cara perbuatan mendidik. Maka definisi pendidikan menurut bahasa yakni perubahan tata laku dan sikap seseorang atau sekelokmpok orang dalam usahanya mendewasakan manusia lewat pelatihan dan pengajaran.
Menurut Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, pengertian pendidikan yaitu tuntutan dalam hidup tumbuhnya anak-anak yang bermaksud menuntun segala kekuatan kodrati pada anak-anak itu supaya mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat mampu menggapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Berikut beberapa pengertian Pendidikan menurut ahli-ahli lainnya:
·         Gunning dan Kohnstamm
Pendidikan adalah proses pembentukan hati nurani. Sebuah pembentukan dan penentuan diri secara etis yang sesuai dengan hati nurani
·         Carter. V. Good
Proses perkembangan kecakapan individu dalam sikap dan perilaku bermasyarakat. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang terorganisir, seperti rumah atau sekolah, sehingga dapat mencapai perkembangan diri dan kecakapan sosial
·         John Dewey
Pendidikan sinergis dengan pertumbuhan dan tidak memiliki akhir selain dirinya sendiri
·         Theodore Brameld
Pendidikan memiliki fungsi yang luas yaitu sebagai pengayom dan pengubah kehidupan suatu masyarakat jadi lebih baik dan membimbing masyarakat yang baru supaya mengenal tanggung jawab bersama dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah sebuah proses yang lebih luas dari sekedar periode pendidikan di sekolah. Pendidikan adalah sebuah proses belajar terus menerus dalam keseluruhan aktifitas sosial sehingga manusia tetap ada dan berkembang.
·         H.H. Horne
Dalam spektrum yang luas, pendidikan adalah alat dimana kelompok sosial melanjutkan keberadaannya dalam mempengaruhi diri sendiri serta menjaga idealismenya
·         Stella van Petten Henderson
Pengertian pendidikan adalah kombinasi pertumbuhan, perkembangan diri dan warisan sosial
·         Martinus Jan Langeveld
Pendidikan adalah upaya menolong anak untuk dapat melakukan tugas hidupnya secara mandiri supaya dapat bertanggung jawab secara susila. Pendidikan merupakan usaha manusia dewasa dalam membimbing manusia yang belum dewasa menuju kedewasaan.


M. J. Langevald
Image courtesy of http://joepzander.nl/peda.htm

·         Encyclopedia Americana 1978
Pendidikan adalah proses yang digunakan setiap individu untuk mendapatkan pengetahuan, wawasan serta mengembangkan sikap dan keterampilan.
Dari beberapa pengertian pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan salah satu bentuk pertolongan atau bimbingan yang diberikan orang yang mampu, dewasa dan memiliki ilmu terhadap perkembangan orang lain untuk mencapai kedewasaan dengan tujuan supaya pribadi yang dididik memiliki kecakapan yang cukup dalam melaksanakan segala kebutuhan hidupnya secara mandiri.
Fungsi pendidikan
Lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi yang nyata yakni
·         Menanamkan keterampilan yang diperlukan untuk ikut ambil bagian dalam demokrasi
·         Mengembangkan bakat yang dimiliki tiap orang demi kepentingan pribadi dan masyarakat
·         Mempersiapkan anggota masyarakat untuk dapat mencari nafkah
·         Melestarikan kebudayaan
·         Mengurangi pengendalian orang tua. Melalui mekanisme pendidikan di sekolah, orang tua melimpahkan wewenang dan tugas dalam mendidik anak pada pihak sekolah

Seseorang yang mendapatkan pendidikan akan mendapatkan ilmu sekaligus menambah wawasan
Image courtesy of http://idiklat.blogspot.com/2012/09/pengertian-artikel-pendidikan.html
·         Sebagai sarana untuk mengakomodir perselisihan paham seperti perbedaan pandangan antara pihak sekolah dan pihak umum tentang beberapa nilai tertentu misalnya keterbukaan, pendidikan seks dan lain sebagainya
·         Menjaga system kelas sosial. Pendidikan sekolah adalah sebagai sarana siswa melangkah ke tahapan dimana pada akhirnya dapat memiliki status sosial yang sama atau lebih tinggi dari orang tuanya. Di sekolah juga diajarkan untuk dapat menerima berbagai perbedaan dan status yang ada di masyarakat
·         Pendidikan sekolah juga dianggap mampu memperpanjang masa remaja seseorang karena peserta didik dianggap masih tergantung secara psikologis dan finansial pada orang tuanya

David Popenoe
Image courtesy of http://blog.nj.com/iamnj/2007/02/david_popenoe.html
Menurut seorang pakar, David Popenoe, pendidikan memiliki fungsi-fungsi yang berhubungan dengan perkembangan resepsi sosial seseorang seperti sumber inovasi sosial, sarana pengajaran tentang adanya berbagai corak dan kultur kepribadian, transmisi kebudayaan, menjamin integrasi sosial dan memilih serta mengajarkan berbagai peranan dalam kehidupan sosial. Diharapkan pada kemudian hari seseorang dapat menjadi pribadi yang peka akan kehidupan sosial di sekitarnya .


Pengertian Pendidikan Islam Menurut Para Pakar, sebagai berikut :
Menurut Prof Omar Mohammad, Pengertian Pendidikan Islamadalah proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, alam sekitar dan masyarakatnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi diantara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.

Menurut Muhammad S A IbrahimyPengertian Pendidikan Islamialah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita islam, sehingga dengan mudah seseorang dapat membentuk hidupnya seiring dengan perkembangan iptek.

Muhammad Fadhil Al-Jamali menngemukakan Pengertian Pendidikan Islam merupakan upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak seseorang lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, agar terbentuk suatu pribadi yang lebih sempurna, baik itu yang berkaitan dengan perbuatan, akal maupun perasaan.
Dari pengertian pendidikan islam yang diungkapkan para pakar di atas, dapat disimpuLkan bahwa Pengertian Pendidikan islamadalah suatu proses untuk mengubah tingkah laku individu dalam kehidupannya berdasarkan pada syariat islam.
Pada seminar pendidikan islam seluruh Indonesia tahun 1960 dikemukakan Pengertian Pendidikan islam yaitu bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran islam dengan hikmah, mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran islam. Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa di dalam proses pendidikan islam terdapat usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui suatu proses yang setingkat demi setingkat akan menuju pada tujuan yang telah ditetapkan, yaitu menanamkan akhlak dan takwa serta menegakkan kebenaran sehingga terbentuklah manusia yang berkepribadian dan berbudi luhur dengan ajaran islam.
Demikianlah pembahasan mengenai pengertian pendidikan islam menurut para pakar, semoga tulisan saya mengenai pengertian pendidikan islam menurut para pakar dapat bermanfaat.

kalam ulama

Posted by ranika harisah On 01.21 No comments


"Jangan resah (takut) andai ada yang membencimu, karena masih banyak yang mencintaimu di dunia. Tetapi takutlah andai Allah membencimu, karena tiada lagi yang mencintaimu di akhirat" 
(Imam Al Ghazali ra)
"Ilmu diambil dari dada seorang guru, bukan dari kitab-kitab. Ilmu yang berkah bagaimana didapat ? terletak pada pergaulan dan adabnya dengan guru, semakin rapat (dekat) anak murid dengan guru, semakin banyak dapat rahasia seorang guru".
"Jika syaithan itu tidak pernah putus asa untuk memasukkan kamu ke dalam neraka, maka bagaimana kamu boleh berputus asa untuk masuk ke surga ?"
"Jangan kamu memandang kecil terhadap perbuatan yang baik itu, walaupun hanya sekedar tersenyum kepada saudara-saudara mu"
"Setiap kata, kalimat, baik dari Al Qur'an, Hadits dan kalimat luhur yang kalian tulis di dunia maya ini maka akan menjadikan udara dan alam turut termuliakan".
"Jika engkau ingin melihat indahnya fajar, maka engkau harus melalui gelapnya malam"
(Jika engkau ingin merasakan manis & indahnya ni'mat tuhan-Mu, maka engkau harus bisa sabar dalam menahan bala' & musibah)

"Orang yang rindu pada Rasulullah SAW, maka ia telah dirindukan oleh Rasulullah SAW"
"Betapa besar kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya yang bertaubat"

Kalam Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi

Posted by ranika harisah On 01.20 No comments


Pada malam Kamis, 22 Rabiul Awal 1321 H, setelah Salat Maghrib, Habib Ali ra memanggil puteri 
beliau, Khodijah. Tak berapa lama Khodijah datang dan duduk di hadapan ayahnya. Kemudian, sambil berbaring, Habib Ali bercerita kepada Khodijah:
Wahai Khodijah, suatu hari ayahku mengirim sepucuk surat kepadaku dari Mekah, di dalamnya beliau menulis: Pergilah ke Mekah, kau tak kuizinkan tinggal di Hadhramaut.
Aku segera memberitahu ibuku.
“Kita tidak bisa menentang kehendak ayahmu,” kata ibuku.
Sebenarnya ibuku tidak sanggup berpisah denganku, aku pun merasa berat untuk berpisah dengannya. Jika teringat perjalanan yang harus kulakukan ini, kami menangis.
Jam berganti hari, hari berganti minggu, dan waktu keberangkatanku semakin dekat. Pada saat keberangkatan, ibuku berpesan kepada Ahmad Ali Makarim.

“Tolong perhatikanlah Ali, ia belum pernah melakukan perjalanan jauh.”
“Marhabâ,” jawabnya.
Kami kemudian berangkat meninggalkan Seiwun menuju Mekah. Di tengah perjalanan kami singgah di Syihr. Tidak seorang pun yang mengenal ayahmu. Setiap hari, aku makan siang dan malam hanya berlaukkan sepotong ikan yang kubeli dengan uang satu umsut. Dari Syihr, aku pergi ke Jeddah kemudian ke Mekah, ke tempat ayahku. Beliau sangat senang melihat kedatanganku.
“Kau tak boleh kembali ke Hadhramaut selamanya,” kata ayahku.
Ayah tidak mengizinkan aku ke ribath (pesantren). Aku juga tidak diizinkan untuk bertemu dengan siapa pun yang berasal dari Hadhramaut. Jika aku mendapat surat dari ibuku, ayah selalu merobeknya. Dua setengah tahun aku tinggal bersama ayahku, selama itu pula aku selalu teringat kepada ibuku. Rasanya aku ingin lari dari rumah ayahku.
Ayahku memperoleh berbagai surat dari Hadhramaut: dari Abdullah bin Segaf Maulakhela, Ja’far bin Muhsin dan Ahmad bin Abdullah bin Husin bin Tohir yang bermaksud hendak meminang adikku Aminah. Setiap kali surat itu datang beliau membakarnya.
Suatu hari ayahku memanggil Alwi Assegaf.
“Aku nikahkan engkau dengan puteriku Aminah. Rayakanlah pernikahanmu di Hadhramaut, kemudian bawalah isterimu kemari.”
“Baik…, tapi carikan aku seseorang yang dapat menemaniku. Biarkan Ali pergi bersamaku,” kata Alwi Assegaf.
Aku sesungguhnya tidak memiliki harapan lagi untuk kembali ke Hadhramaut sampai suatu hari ayah memanggilku.
“Wahai Ali, pergilah ke Hadhramaut bersama Alwi Assegaf. Rayakanlah perkawinannya dengan Aminah, kemudian biarkan ia membawa istrinya ke Mekah.”
“Basysyarokallô hu bil khoir, Semoga Allah memberi ayah kebaikan,” jawabku.
Beliau lalu memberiku 20 Qursy dan Alwi Assegaf 50 Qursy. Setelah itu beliau memerintahkan kami untuk berangkat.
Kami segera meninggalkan kota Mekah. Setelah beberapa hari sampailah kami di Syuhuh. Ibuku tidak tahu tentang rencana kedatanganku ini, tapi Aminah bermimpi dan bercerita kepada ibuku, ‘Wahai Ibu, aku bermimpi bertemu kakakku Ali. Aku melihat seorang Badui mendatangiku. Ketika kutanya, ‘Siapakah kau?’ Ia menjawab, ‘Aku adalah utusan Habib Ali. Beliau sekarang sudah sampai di Syuhuh, dan akan segera sampai kemari.’
Aminah mendapat mimpi yang benar. Belum selesai ia bercerita, seorang Badui tiba-tiba mengetuk pintu.
“Siapa?” tanya adikku.
“Aku adalah utusan Habib Ali. Beliau sekarang sudah sampai di Syuhuh, dan nanti malam akan tiba di tempat ini.”
Mendengar berita ini, ibuku sangat gembira. Ketika aku masuk kota Seiwun, semua penduduk keluar menyambut kedatanganku. Aku segera menemui ibuku, beliau sangat gembira. Setelah masyarakat kembali ke rumah masing-masing ibuku bertanya, “Apa yang kau bawa?”
“Aku tidak membawa apa-apa selain uang 20 Qursy,” jawabku.
“Jangan khawatir, lihat, rumah ini penuh dengan gandum, beras dan korma,” kata ibuku.
“Ayah mengirim Alwi Assegaf bersamaku. Beliau telah menikahkannya dengan Aminah. Beliau berpesan agar setelah pesta perkawinan, Alwi diizinkan memboyong Aminah ke Mekah.”
“Akulah yang membesarkan Aminah. Dan aku sesungguhnya tidak ingin berpisah dengannya, tapi aku tidak mau menentang kehendak ayahmu,” ucap ibuku.
Aku kemudian merayakan perkawinan Alwi Assegaf dengan Aminah. Setelah perkawinan, Alwi tinggal di Seiwun selama dua atau tiga bulan, lalu ia kembali ke Mekah bersama Aminah.
Dua bulan setelah kepergian Aminah, ibu berkata kepadaku, “Aku ingin kau segera menikah.”
“Wahai ibu, aku tidak memiliki persiapan untuk menikah,” jawabku.
“Jangan khawatir, segalanya akan menjadi mudah.”
Ibuku kemudian menyarankan agar aku menikah dengan ibu Abdullah. Aku pun kemudian segera melamarnya. Semula ayahnya menolak lamaranku, masyarakat pun kemudian mencela calon mertuaku, “Bagaimana kau ini…, kau telah menolak lamaran seorang habib yang alim dan terhormat. Dia pernah belajar di Mekah.”
Akhirnya calon mertuaku berubah pikiran.
“Maafkan aku! Lupakanlah apa yang telah kulakukan kepadamu. Sekarang selamat datang, aku terima lamaranmu.”
Aku dan ibuku kemudian segera berangkat ke Qosam. Di sana aku menikah dengan ibu Abdullah. Pernikahan kami berlangsung sangat sederhana. Penduduk Qosam adalah orang-orang yang cinta kebajikan. Setiap tamu undangan memberi kami dua mud gandum. Kami memotong seekor kambing untuk jamuan makan di malam pernikahan. Namun, pada saat itu Allah mentakdirkan seorang warga Inat meninggal dunia, sehingga sebagian besar undangan melayat ke Inat. Kelebihan makanan: dua piring Haris, kami berikan kepada seorang terhormat di Qosam. Keesokan harinya, kami tidak lagi memiliki sisa makanan untuk makan siang. Ketika kami sedang duduk membuat kopi, tiba-tiba Ba Hannan datang membawa makanan di mangkok. “Ini Haris untuk makan siang kalian,” katanya. Kami pun lalu memakannya.
Setelah tinggal di Qosam selama empat bulan, aku kemudian kembali ke Seiwun. Tak lama setelah itu ibuku berkata, “Aku ingin kau menunaikan ibadah haji dengan cara menghajikan seseorang.” Aku lalu menghajikan Ahmad Sabaya atas biaya keluarganya.
Aku berkunjung ke rumah ayahku sebelum menunaikan ibadah haji. Dan setelah urusan haji selesai, aku meminta izin dari ayahku untuk kembali ke Hadhramaut.
Menjelang bulan haji tahun berikutnya, ibuku berkata, “Tunaikanlah ibadah haji sekali lagi tahun ini.” Aku kemudian mengabarkan keinginan ibuku ini kepada temanku Hasan bin Ahmad Alaydrus. Ia memberiku 80 Qursy.
“Semua pengeluaran, transportasi dan urusanmu dalam perjalanan kutanggung” kata Hasan bin Ahmad Alaydrus.
Aku kemudian berangkat bersama Hasan bin Ahmad dan Said bin Khalifah.
Di tengah perjalanan kami singgah di Syihr. Di sana kami berjumpa dengan Habib Abubakar bin Abdullah Alatas. Ketika pertama kali bertemu Habib Abubakar jantungku hampir saja copot, kulihat beliau diliputi cahaya.
“Lelaki ini malaikat atau manusia!” kataku dalam hati.
Setiap kali ada yang terlintas di hatiku, Habib Abubakar mengetahui kemudian menjelaskannya. Aku sangat senang dan gemas dengan Habib Abubakar. Rasanya ingin aku menelan beliau. Aku tak ingat pada keluargaku atau yang lain. Malam hari aku tidak dapat tidur, khawatir jika suatu saat nanti aku harus berpisah dengannya. Kemudian aku bertanya di mana Habib Abubakar akan menunaikan salat Subuh. Mereka mengatakan bahwa beliau akan salat Subuh di Mesjid Amr. Sebelum fajar, kami telah berada di Mesjid Amr. Tak lama kemudian Habib Abubakar datang, dan kami pun lalu salat Subuh berjamaah dengan beliau.
Tiga belas hari kami tinggal di Syihr bersama beliau. Selama itu aku membacakan kepadanya kitab Ar-Rasyafât dan beliau menerangkan dan melimpahkan ilmunya kepada kami. Beliau sering melihat aku, tapi setiap kali aku memandangnya, beliau segera memalingkan pandangannya dariku. Aku menjadi semakin suka dan senang kepada beliau. Habib Abubakar juga memberikan perhatian kepada Hasan bin Ahmad dan yang lain. Aku berkata kepada Hasan bin Ahmad, “Katakanlah kepada Habib Abubakar bahwa aku adalah anak Muhammad bin Husein.” Beberapa yang hadir juga berkata kepada Habib Abubakar, “Dia adalah anak Muhammad bin Husein.” “‘Ajîb (Oh, ya)?” jawab beliau. Setiap kali para hadirin mengenalkan aku, Habib Abubakar berkata: ‘Ajîb… (Oh, Ya…?!). Namun beliau akhirnya berkata kepadaku, “Wahai anakku, camkanlah bahwa fath-mu terletak pada kitab Ar-Rasyafât.” Aku pun berkata kepada beliau, “Katanya fath-ku di tanganmu.”
Aku akhirnya dapat mengkhatamkan kitab Ar-Rasyafât di bawah bimbingan beliau.
Setelah itu Habib Abubakar pergi ke Mukalla dan kami pun mengikuti beliau. Di Mukalla, beliau tinggal di rumah Abdurrahman Bahwal. Hasan bin Ahmad dan rombongannya meminta ijazah. Beliau memberi kami semua ijazah. Kemudian beliau menganjurkan kami untuk menziarahi Nabi saw. Beliau berkata, “Kalian akan memperoleh sesuatu dari Nabi saw.”
Hasan bin Ahmad beserta rombongannya kemudian melanjutkan perjalanan, begitu pula aku. Sesungguhnya, aku tidak ingin sedetik pun berpisah dari Habib Abubakar.
Kami akhirnya sampai di Jeddah. Dari Jeddah kami ke Mekah. Di Mekah, aku tinggal di rumah ayahku. Setelah beberapa hari di Mekah, rombongan kami pun berangkat ke Madinah. Di tengah perjalanan, kami singgah di Jeddah. Di kota ini kami bertemu dengan sekelompok Badui yang saleh. Ketika salat, mereka membaca surat-surat awal juz 30 hingga surat Ad-Dhuha. Suara ratib mereka terdengar sepanjang malam.
Kami dan rombongan kemudian melanjutkan perjalanan ke Madinah. Suara kokok ayam dan penduduk Madinah menyambut kedatangan kami. Dari jauh aku melihat kubah hijau tempat Nabi saw dimakamkan. Pemandu ziarah (muzawwir) telah siap menunggu kami. Ia kemudian memandu kami ziarah ke kubur Al-Habib Muhammad saw dan menuntun kami semua untuk mengucapkan salam. Aku kemudian mengucapkan salam:
Salam sejahtera bagimu, duhai Rasulullah
Salam sejahtera bagimu, duhai kekasih Allah
Aku bersaksi bahwa sesungguhnya engkau
telah menyampaikan risalah dan menunaikan amanah
Pemandu ziarah akhirnya ikut berziarah bersama kami. Karena cahaya dan hudhûr-nya ziarah hampir saja jantungku berhenti berdetak. Pemandu ziarah itu ikut bersamaku ke bâbul malâ-ikah (pintu malaikat). Di sana aku menghadirkan Jibril dan Mikail. Tidak ada seorang pun yang mampu (yaqdir) berada di bâbul malâ-ikah di tengah malam. Kemudian aku mengucapkan salam kepada Sayidina Abubakar, kemudian kepada Sayidina Umar bin Khottôb. Setelah itu aku menziarahi Hababah Fatimah. Ketika duduk di depan makamnya, aku merasa sangat bahagia:
“Ya Hababah, kami adalah anakmu.”
Setelah itu aku pergi.
Malam hari itu aku sama sekali tidak tidur. Setiap hari aku mengkhatamkan Ad-Dalâil sebanyak tujuh kali. Pada malam hari, bersama Muhammad Al-Yamani, aku mengkhatamkan Ad-Dalâil sebanyak tujuh kali di Haram. Setelah itu kami membaca maulid atau Hamaziyah. Pada hari kesepuluh di siang hari, Hasan bin Ahmad Alaydrus tiba-tiba menemuiku.
“Nabi saw memerintahkan aku untuk menemuimu.”
“Aku tidak pantas menerima kemuliaan ini.”
“Kau pantas.”
(Habib Hasan bin Ahmad Alaydrus kemudian bercerita):
Suatu hari, aku keluar menuju Al-Haram seorang diri. Dalam hati aku berkata, “Aku ingin menghadap Nabi saw, semoga dari beliau muncul karomah untukku.” Sesampainya di sana aku duduk di hadapan jendela kubur. Tiba-tiba dari kubur Nabi saw, muncul cahaya menjulang ke langit. Cahaya itu kemudian menjelma seorang manusia, ia mengucapkan salam kepadaku,
“Assalâmu ‘alaika, ya Hasan.”
“Wa ‘alaikas salâm,” jawabku, “Sesungguhnya engkau ini siapa?”
“Aku adalah kekasihmu Muhammad saw,” kata beliau dengan menunjukkan rasa sukanya kepadaku, “Wahai Hasan.”
“Labbaik.”
“Apakah kau ingin ziarahmu ini diterima?”
“Ya.”
“Apakah kau ingin semua hajatmu dipenuhi?”
“Ya.”
“Jika kau ingin ziarahmu diterima dan semua hajatmu dipenuhi, temuilah Ali bin Muhammad Al-Habsyi, mintalah ijazah darinya, dan ikatlah tali persaudaraan dengannya.”
“Marhabâ,” jawabku.
“Aku tidak pantas, tapi tidak mungkin aku menolak perintah kekasihku saw,” kataku kepada Hasan.
Aku kemudian memberinya ijazah dan mengikat tali persaudaraan dengannya. Hasan bin Ahmad lalu pergi meninggalkanku. Tak lama kemudian, Syeikh ‘Athiyyah datang menemuiku dan berkata, “Tadi aku bertemu dengan kekasihku saw dan beliau berkata kepadaku, ‘Temuilah Ali bin Muhammad Al-Habsyi, katakan kepadanya: Jika Tuhanmu telah memenuhi semua keinginanmu, maka doakanlah aku.”
“Insyâ Allôh, jika Tuhanku memenuhi semua keinginanku, aku akan mendoakanmu,” jawabku.
Aku lalu bangkit menuju makam Nabi saw. Dengan erat kupegang jendela kubur yang terbuat dari besi itu, “Ya Habib Muhammad, engkau telah memberi semuanya, padahal aku adalah anakmu…, keturunanmu. .. Sejelek-jeleknya, maksimal aku adalah seorang yang berdosa, bagaimana mungkin engkau tidak memperhatikan aku?” Tiba-tiba jendela kubur bergetar dan terbuka.
“Ya Habib, aku bertobat, aku masih ingin bertemu dengan ibuku,” kataku sambil bergegas keluar.
Pada kesempatan lain, ketika aku menghadap Nabi saw seorang diri, aku melihat seorang laki-laki dari Maroko sedang menghadap ke jendela dan memanggil Al-Habib saw dan mengucapkan beberapa bait syair. Tanpa kusadari Hasyim bin Syeikh Al-Habsyi telah berdiri memegang jendela dengan erat
“Kau masuk dari mana? Semua pintu telah terkunci!” tanyaku kepadanya.
Karena Hasyim adalah temanku, maka ia berterus terang kepadaku, “Jika mereka telah menutup semua pintu, aku masuk lewat jalan ghaib.” Ia lalu berulang kali membaca ayat berikut:
“Wahai Al-Azîz, kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan, dan kami datang membawa barang-barang yang tidak berharga, maka sempurnakanlah sukatan (takaran) untuk kami, dan bersedekahlah kepada kami, karena sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bersedekah.” (QS Yusuf, 12:88)
Tiba-tiba Hasyim tersungkur dan Nabi saw mengulurkan tangannya kepada Hasyim. Hasyim kemudian menciuminya. Aku pun segera bersujud dan masih bisa menyentuh tangan Rasulullah saw.
Tiga hari kemudian aku berziarah ke kubur Sayidina Hamzah bersama Syeikh Muhammad Al-‘Azb. Selepas ziarah Syeikh Muhammad Al-‘Azb bertemu Sayidina Hamzah
“Aku bertemu Sayidina Hamzah dan beliau berkata, ‘Aku telah meminta izin kepada Nabi saw untuk menjamu kalian,’ katanya.
“Sungguh kesempatan yang sangat baik, siapa yang butuh sesuatu, maka utarakanlah. 
Perhatikanlah, kita ini adalah orang-orang yang membutuhkan,” kataku.
Suatu hari aku duduk bersama Hasan bin Ahmad.
“Bagaimana jika engkau bukakan diwan Habib Abdullah Al-Haddad secara acak?” katanya. Aku lalu membukanya secara acak dan yang terbuka adalah bait syair berikut:
Dan Ibrahim menghancurkan patung-patung kaumnya dan menyisakan patung yang terbesar agar mereka malu
“Tafsirkanlah bait ini untukku dan tulislah di bawahnya,” kata Hasan.
“Habib Abdullah Al-Haddad menunjukkan bahwa keluarga Alaydrus memiliki kegemaran memimpin. Allah telah membersihkanmu dari kegemaran itu. Engkau adalah seorang Muhammadiy (berperilaku dengan akhlak Rasulullah SAW)” jawabku.
“Coba bukakan sekali lagi, Nabi saw mencintai kita atau tidak?” pintanya.
Dan ternyata yang terbuka bait berikut:
Duhai kekasih yang cantik
Tahukah engkau
aku menderita dan merana
“Coba bukakan sekali lagi, kita akan berkunjung ke Madinah lagi atau tidak?”
Ternyata bait syair yang tertulis adalah:
Semoga yang dirundung rindu ini
dapat mengunjungimu kembali
‘tuk mencium tanah dan atsarnya
“Sekarang aku akan membukanya untuk diriku sendiri,” kataku. Dan ternyata yang terbuka adalah bait berikut:
Arak keyakinan minuman kehormatan bagi kami
Minum dan mabuklah dengan anggur terbaik ini
Itulah minuman para pemimpin kami
Dan sesatlah jalan orang yang suka menyalahi
“Aku akan membuka sekali lagi, apakah kita dapat kembali ke Madinah lagi?” Dan ternyata yang terbuka bait berikut:
Semoga yang dirundung rindu ini
dapat mengunjungimu kembali
‘tuk mencium tanah dan atsarnya
“Aku ingin sesuatu yang benar dan nyata. Yang kita lakukan selama ini hanyalah mencari alamat-alamat baik saja,” kata Hasan, kemudian ia pergi. Sepeninggalnya aku tertidur sejenak, tiba-tiba tampak seorang lelaki berdiri di depan pintu. Cahayanya menjulang ke langit.
“Siapakah engkau?” tanyaku.
“Aku adalah kekasihmu Muhammad saw. Bukankah engkau belum lama berselang membuka diwan Abdullah Al-Haddad?” tanya beliau.
“Benar,” jawabku.
“Yang kau baca benar semua,” kata Nabi saw.
(Q:I:210)
Habib Umar bin Muhammad Maulakhela, Jawâhirul Anfâs Fî Mâ Yurdhî Rabban Nâs, I, Kumpulan Kalam Habib Ali.

Site search

    Blogger news

    Blogroll

    About