Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 11 Juni 2016

makalah islam rahmatan lil alamin

Posted by ranika harisah On 19.27 No comments
BAB 1


1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial. Manusia di dunia ini terdiri atas beberapa suku bangsa, agama, ras, golongan, dan lain sebagainya. Allah menciptakan manusia beraneka ragam mulai dari warna kulit, bentuk rambut, bentuk hidung, maupun postur tubuh. Disini diperlukan adanya suatu rambu-rambu atau pedoman dalam hidup bermasyarakat agar tidak membeda-bedakan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Dalam hal ini dimaksudkan untuk menjaga kerukunan antar umat tanpa adanya suatu diskriminasi oleh individu atau sekelompok orang tertentu. Oleh sebab itu Islam sebagai Agama Rahmatan Lil ‘Alamin (rahmat bagi semesta alam) mengajarkan kepada umatnya untuk mencintai sesama tanpa membeda-bedakan agama dan golongan agar tercipta kerukunan dan kedamaian.

1.2 Tujuan

Tulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca, khususnya para mahasiswa agar nantinya bisa diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari sehingga terciptalah masyarakat yang damai dan rukun.












BAB 2


2.1 Islam Agama Rahmatan Lil ‘Alamin

Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah SWT sejak manusia pertama yaitu Nabi Adam AS . Islam tidak langsung diturunkan secara utuh kepada umatnya, melainkan diturunkan secara bertahap melalui wahyu-wahyu ataupun kitab-kitab Allah yang diberikan kepada para nabi dan rosulnya hingga pada masa kerasulan  Muhammad SAW.
Awal mula Rasulullah menyebarkan islam tidaklah berjalan lancar, banyak halangan dan rintangan yang beliau hadapi.  Mulai dari cacian, hingga penentangan. Namun Rasulullah tidak pernah menyerah dan tidak pernah putus asa. Di dalam sebuah hadist digambarkan bahwa Islam datangnya dianggap asing dan akan kembali dianggap asing. Berbahagialah mereka yang dianggap asing karena telah berada di jalan yang benar yaitu jalan Allah SWT.
Kata Islam berarti damai, selamat, penyerahan diri, tunduk, dan patuh.  Islam adalah kata yang berasal dari bahasa arab yaitu “sailama” yang dimasdarkan menjadi “islaman” yang berarti damai.
Islam disebut sebagai agama rahmatan lil alamin.

[Dan tiadalah mengutus kamu (ya Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil 'alamin) QS Al-Anbiya' ayat 107].

Rahmatan lil 'alamin adalah istilah qurani. Dan, istilah itu sudah terdapat dalam Alquran, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Anbiya' di atas.
Rahmatan lil 'alamin berarti ''kasih sayang bagi semesta alam". Karena itu, yang dimaksud dengan Islam rahmatan lil 'alamin adalah Islam yang kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam. Pesan kerahmatan dalam Islam benar-benar tersebar dalam teks-teks Islam, baik Alquran maupun hadist. Kata 'rahman' yang berarti kasih sayang, berikut derivasinya, disebut berulang-ulang dalam jumlah yang begitu besar, lebih dari 90 ayat dalam Alquran. Bahkan, dua kata rahman dan rahim yang diambil dari kata 'rahmat' dan selalu disebut-sebut kaum Muslim setiap hari adalah nama-nama Allah SWT sendiri ( asmaul husna ). Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, "Sayangilah siapa saja yang ada di muka bumi niscaya Allah SWT menyanyanginya."
Alquran memiliki posisi yang amat vital dan terhormat dalam masyarakat Muslim di seluruh dunia. Di samping sebagai sumber hukum, pedoman moral, bimbingan ibadah, dan doktrin keimanan, Alquran juga merupakan sumber peradaban yang bersifat historis dan universal. Alquran, sumber Islam paling otoritatif, menyebutkan misi kerahmatan ini,  wama ar salnaka illa rahmantan lil'alamin (Aku tidak mengutus Muhammad, kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta). Ibnu Abbas, ahli tafsir awal, mengatakan bahwa kerahmatan Allah meliputi orang-orang Mukmin dan orang kafir. Alquran juga menegaskan, rahmat Allah meliputi segala hal. Karena itu, para ahli tafsir sepakat bahwa rahmat Allah mencakup orang-orang Mukmin dan orang-orang kafir, orang baik ( al-birr ) dan yang jahat ( al-fajir ), serta semua makhluk Allah.  Apabila ajaran Islam dilaksanakan secara benar, rahman dan rahim Allah akan turun semua. Dengan demikian, berlakulah sunatullah; baik muslim maupun nonmuslim, kalau melakukan hal-hal yang diperlukan oleh kerahmanan, mereka akan mendapatkannya.
Atas prinsip persamaan itu, maka setiap orang mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Islam tidak memberi hak-hak istimewa bagi seseorang atau golongan lainnya, baik dalam bidang kerohanian, maupun dalam bidang politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan masyarakat, dan masyarakat mempunyai kewajiban bersama atas kesejahteraan tiap-tiap anggotanya. Islam menentang setiap bentuk diskriminasi, baik diskriminasi secara keturunan, maupun karena warna kulit, kesukuan, kebangsaan, kekayaan dan lain sebagainya.
Bahkan Nabi Muhammad bersabda “Tidak beriman seorang kamu sehingga kamu mencintai saudaramu sebagaimana mencintai dirimu sendiri”. Dari sinilah konsep ajaran Islam dapat diketahui dan dipelajari. Persaudaraan manusia semakin dikembangkan, karena sesama manusia bukan hanya berasal dari satu bapak satu ibu (Adam dan Hawa) tetapi karena satu sama lain saling membutuhkan, saling menghargai dan saling menghormati. Pada akhirnya terciptalah kehidupan yang tenteram dan sejahtera. Itulah hakikat Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin. Wallahu a’lamu bis shawab.


2.2 Ukuwah

            Kata ukhuwah berarti persaudaraan, maksudnya adanya perasaan simpati dan empati antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak memiliki perasaan yang sama baik dalam keadaan suka maupun duka, bisa diartikan mereka ikut merasakan perasaan pihak lain. Dengan adanya ukhuwah ini, timbullah timbal balik untuk saling membantu jika ada yang mengalami kesulitan dan turut membagi kebahagiaan kepada orang lain jika mendapat kesenangan.
            Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain. Manusia yang baik adalah manusia yang bisa menjalin dan mempererat persaudaraan antar sesama manusia.
Ada 3 macam persaudaraan (ukhuwah):
1.          Ukhuwah Islamiyah, yang berarti persaudaraan yang tumbuh dan berkembang atas dasar keagamaan (Islam) baik dalam skala lokal, nasional, maupun internasional, selama aqidahnya sama (laa ilaaha illallah) maka itu adalah saudara kita dan harus kita jalin dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana dijelaskan Allah SWT dalam Alquran surat Al Hujurat ayat 10, yang artiya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah saudara, oleh karena itu pereratlah simpul persaudaraan diantara kamu dan bertaqwalah kepada Allah SWT, mudah-mudahan kamu mendapatkan rahmat”.
2.          Ukhuwah wathaniyyah, yang berarti persaudaraan yang tumbuh dan berkembang atas dasar kebangsaan, tanpa membedakan agama, suku, warna kulit, adat istiadat, budaya, dan aspek-aspek kekhususan lainnya. Rasulullah pernah bersabda “hubbul wathon minal iman” artinya: Cinta sesama saudara setanan air termasuk sebagian dari iman.
3.          Ukhuwah Basyariyyah/ Insaniyah, yang berarti persaudaraan yang tumbuh dan berkembang atas dasar kemanusiaan, berlaku pada semua manusia secara universal tanpa membedakan agama, suku, ras, dan aspek-aspek kekhususan lainnya. Ukhuwah ini harus dilandasi bahwa semua manusia adalah sama, sama-sama makhluk Allah yang tidak boleh dibeda-bedakan. Meskipun Allah menunjukkan ajaran yang benar kepada umat manusia yaitu Islam, Allah membebaskan manusia memilih jalannya sendiri berdasarkan atas pertimbangan rasionya.
Ketiga macam ukhuwah tersebut harus diwujudkan secara seimbang menurut posisi masing-masing. Satu dan lainnya tidak boleh dipertentangkan. Sebab hanya melalui  3 dimensi ukhuwah itulah rahmatan lil alamin akan terealisasikan. Apabila ketiga ukhuwah terjadi secara bersamaan, maka yang harus kita prioritaskan adalah ukhuwah Islamiyah, karena ukhuwah ini menyangkut kehidupan dunia dan akherat.
Rasulullah SAW memberikan contoh hidup damai dan penuh toleransi dalam lingkungan yang plural. Ketika di Madinah, beliau mendeklarasikan Piagam Madinah yang berisi jaminan hidup bersama secara damai dengan umat beragama yang lain. Begitu juga ketika menaklukan Makkah, beliau menjamin setiap orang,termasuk musuh yang ditaklukan agar tetap merasa aman dan nyaman. Gerera-gereja dan sinagoge-sinagoge boleh menyelenggaran peribadatan tanpa ketakukan.
Selama hampir 23 tahun perjuangan kenabiannya, Rasulullah SAW menggunakan pendekatan dialog secara konsisten sehingga misi kerahmatan lintas suku,budaya dan agama dapat dicapai dengan baik. Rasulullah meminta kepada para sahabat untuk tetap bersabar,tidak menggunakan kekerasan dan paksaan,apalagi pembunuhan. Bahkan untuk menjaga keselamatan kaum muslimin, beliau memutuskan untuk berhijrah ke Medinah.
Menurut Imam Hasan Al-Banna, Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah.
Hakekat Ukhuwah Islamiyah:
1. Nikmat Allah
2. Perumpamaan tali tasbih
3. Merupakan arahan Rabbani
4. Merupakan cermin kekuatan iman
Perbedaan Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Jahiliyah adalah Ukhuwah Islamiyah bersifat abadi dan universal karena berdasarkan aqidah dan syariat Islam. Sedangkan Ukhuwah Jahiliyah bersifat temporer (terbatas pada waktu dan tempat), yaitu ikatan selain ikatan aqidah (misal: ikatan keturunan [orang tua-anak], perkawinan, nasionalisme, kesukuan, kebangsaan, dan kepentingan pribadi).
Hal-hal yang menguatkan Ukhuwah Islamiyah:
1. Memberitahukan kecintaan pada yang kita cintai
2. Memohon dido’akan bila berpisah
3. Menunjukkan kegembiraan & senyuman bila berjumpa
4. Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim)
5. Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan
6. Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu
7. Sering bersilaturahmi (mengunjungi saudara)
8. Memperhatikan saudaranya & membantu keperluannya
9. Memenuhi hak ukhuwah saudaranya
Buah Ukhuwah Islamiyah:
1. Merasakan lezatnya iman
2. Mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat (termasuk dalam 7 golongan yang dilindungi)
3. Mendapatkan tempat khusus di syurga
2.2.1   Urgensi Ukhuwah
Di jaman modern seperti saat ini, ukhuwah menjadi hal yang urgen untuk dibangun demi terciptanya masyarakat yang rukun dan damai. Urgensi ukhuwah antara lain:
a.       Ukhuwah menjadi pilar kekuatan Islam.
Tegaknya dan terjalinnya ukhuwah menjadi syarat utama kekuatan Islam. Jika umat Islam saling bermusuhan, maka Islam akan lemah dan tidak punya kekuatan.
b.      Bangunan ukhuwah yang solid akan mempermudah membangun masyarakat madani.
Masyarakat madani merupakan masyarakat yang ideal dan memiliki karasteristik.
c.       Ukhuwah merupakan bagian terpenting dari iman.
Ukhuwah dan iman merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Ukhuwah tanpa iman bisa menjadikan manusia serakah yang hanya memikirkan kepentingan pribadi atau kelompok kesukuan.
d.      Ukhuwah merupakan benteng dalam menghadapi musuh-musuh Islam.
Orang-orang non muslim mempunyai misi yang sama yaitu menghancurkan Islam (QS. Al Baqarah: 120). Kita sebagai masyarakat muslim harus bersatu dengan barisan ukhuwah yang rapi dan kuat  tanpa ada permusuhan. Apabila kita sesama muslim bermusuhan, maka mereka semakin mudah untuk menghancurkan Islam.

2.2.2   Penyakit Ukhuwah
Ukhuwah bukanlah hal yang mudah untuk ditegakkan. Banyak sekali rintangan yang menghadang yang disebut dengan penyakit ukhuwah. Penyakit-penyakit itu harus kita jauhi.
            Menurut Dr. KH Didin Hafidhuddin (2003), penyakit ukhuwah yang harus kita jauhi adalah:
a.       Pemahaman Islam yang tidak komperhensif dan kaffah.
Pemahaman Islam yang masih sempit menjadi salah satu embrio atau bibit munculnya permusuhan terhadap sesamanya.
b.      Ta’asub atau fanatisme yang berlebihan.
Sikap yang terlalu fanatik dan mengagung-agungkan kelompoknya bisa merusak tali ukhuwah. Oleh karena itu sikap seperti ini seharusnya kita hindari.
c.       Kurang toleransi atau tasamuh.
Perbedaan pendapat dalam Islam sering kali muncul. Kita harus menghargai dan menghormati pendapat orang lain untuk menjaga tali ukhuwah kita.
d.      Suka bermusuhan.
Kadang hati manusia dirasuki sifat hasud, dengki, iri hati yang bisa menimbulkan permusuhan. Sifat seperti ini seharusnya kita hindari, karena hal ini dapat merugikan diri kita sendiri dan orang lain.
e.       Kurang bersedia untuk saling bertausiyah (saling menasehati).
Saling mengingatkan dan saling menasehati itu penting apabila kita melihat ada saudara kita yang berbuat suatu kesalahan. Nasehat yang diberikan harus diucapkan dengan kata-kata yang halus dan sopan, jangan membentak dan merasa bahwa diri kita yang peling benar meskipun seseorang yang kita nasehati usianya dibawah usia kita. Dengan adanya kesediaan untuk saling menasehati dan rasa kasih sayang terhadap semua umat manusia,ukhuwah yang kita harapkan dapat terwujud.

2.2.3   Upaya dalam Mewujudkan Ukhuwah
       Langkah-langkah kongkrit yang harus kita lakukan dalam mewujudkan ukhuwah atau persaudaraan adalah sebagai berikut:
1.      Melakukan kegiatan dakwah secara rutin kepada saudara-saudara kita tentang betapa pentingnya ukhuwah dalam kehidupan bermasyarakat dan menjelaskan tentang bahaya bermusuhan.
2.      Saling bersilaturrahmi, saling bertegur sapa dan saling mengunjungi. Orang yang sering bersilaturrahmi akan dilapangkan rejekinya dan dipanjangkan umurnya.
3.      Memperbanyak dialog internal maupun antar umat beragama dengan menghilangkan rasa emosional untuk menyamakan persepsi terhadap setiap permasalahan yang fundamental dalam arti mencari persamaan, bukan perbedaan.
4.      Meningkatkan peran lembaga lintas organisasi dan lembaga-lembaga pemerintahan untuk terus menerus melakukan kegiatan yang berorientasi merajut tali ukhuwah.
5.      Menghimbau kepada semua umat manusia, terutama umat Islam untuk berupaya semaksimal mungkin meningkatkan kualitas iman dan taqwanya.

2.3 Kerukunan dan Kebersamaan dalam Pluralitas Agama

            Dalam QS. Al Hujurat: 13, Allah menggambarkan adanya indikasi yang cukup kuat tentang pluralitas. Pluralitas merupakan hukum alam (sunnatullah) yang mesti terjadi dan tidak mungkin terelakkan, ia sudah merupakan kodrati dalam kehidupan.
            Namun pluralitas tidak semata menunjukkan pada kenyataan adanya kemajemukan, tetapi lebih dari itu adanya keterlibatan aktif terhadap kenyataan adanya pluralitas tersebut. Seseorang baru dikatakan memiliki sikap keterlibatan aktif dalam pluralitas apabila dia dapat berinteraksi secara positif dalam lingkungan kemajemukan. Pemahaman pluralitas agama menuntut sikap pemeluk agama untuk tidak hanya mengakui keberadaan dan hak agama lain, tetapi juga harus terlibat dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan guna mencapai kerukunan dan kebersamaan.
            Eksistensi manusia dalam kerukunan dan kebersamaan ini, diperoleh pengertian bahwa arti sesungguhnya dari manusia terletak pada kebersamaannya. Kerukunan dan kebersamaan ini bukan hanya harus tercipta intern seagama, tetapi lebih penting adalah antar umat yang berbeda agama didunia (pluralitas agama).
            Dalam mewujudkan kerukunan dan kebersamaan dalam pluralitas agama, didalam QS. An Naml: 125, menganjurkan dialog dengan baik. Dialog tersebut dimaksudkan untuk saling mengenal dan saling membina pengetahuan tentang agama kepada mitra dialog.
            Kerukunan dan kebersamaan yang didambakan dalam islam bukanlah yang bersifat semu, tetapi yang dapat memberikan rasa aman pada jiwa setiap manusia. Ada perbedaan yang mendasar antara kerukunan dengan toleransi, namun antara keduanya saling memerlukan.
Itulah konsep ajaran Islam tentang pluralitas, kalaupun kenyataannya berbeda dengan realita, bukan berarti konsep ajarannya yang salah, akan tetapi pelaku atau manusianya yang perlu dipersalahkan dan selanjutnya diingatkan dengan cara-cara yang hasanah dan hikmah.






BAB 3


Kesimpulan
Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw diperuntukkan bagi seluruh umat manusia pada umumnya dan melintas batas ruang dan waktu. Oleh sebab itu, Islam dikenal sebagai agama yang bersifat universal. Bahwa Islam ditujukan untuk semua ras manusia, tanpa terkecuali, tersurat dengan jelas dalam firman Allah berikut ini, “Dan kami tidak mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk rahmat bagi semesta alam” (QS al-Anbiya’ [21]: 107). 
Ada 3 macam persaudaraan(ukhuwah):
1.      Ukhuwah Islamiyah,yang berarti persaudaraan yang tumbuh dan berkembang atas dasar keagamaan(Islam) baik dalam skala lokal,nasional,maupun internasional.
2.      Ukhuwah wathaniyyah yang berarti persaudaraan yang tumbuh dan berkembang atas dasar kebangsaan.
3.      Ukhuwah basyariyyah,yang berarti persaudaraan yang tumbuh dan berkembang atas dasar kemanusiaan.
Ketiga macam ukhuwah tersebut harus diwujudkan secara seimbang menurut posisi masing-masing. Satu dan lainnya tidak boleh dipertentangkan. Sebab hanya melalui  3 dimensi ukhuwah itulah rahmatan lil alamin akan terealisasikan.
Di jaman modern seperti saat ini, ukhuwah menjadi hal yang urgen untuk dibangun demi terciptanya masyarakat yang rukun dan damai. Urgensi ukhuwah antara lain:
a.       Ukhuwah menjadi pilar kekuatan Islam.
b.      Bangunan ukhuwah yang solid akan mempermudah membangun masyarakat madani.
c.       Ukhuwah merupakan bagian terpenting dari iman.
d.      Ukhuwah merupakan benteng dalam menghadapi musuh-musuh Islam.
Menurut Dr. KH Didin Hafidhuddin (2003), penyakit ukhuwah yang harus kita jauhi adalah:
a.       Pemahaman Islam yang tidak komperhensif dan kaffah.
b.      Ta’asub atau fanatisme yang berlebihan.
c.       Kurang toleransi atau tasamuh.
d.      Suka bermusuhan.
e.       Kurang bersedia untuk saling bertausiyah (saling menasehati).
Langkah-langkah kongkrit yang harus kita lakukan dalam mewujudkan ukhuwah atau persaudaraan adalah sebagai berikut:
a.       Melakukan kegiatan dakwah Islamiyah secara rutin.
b.      Meningkatkan frekwensi silaturrahmi.
c.       Memperbanyak dialog internal maupun eksternal.
d.      Meningkatkan peran lembaga lintas organisasi dan lembaga-lembaga pemerintahan untuk terus menerus melakukan kegiatan yang berorientasi merajut tali ukhuwah.
e.       Menghimbau kepada semua umat manusia, terutama umat Islam untuk berupaya semaksimal mungkin meningkatkan kualitas iman dan taqwanya.
Eksistensi manusia dalam kerukunan dan kebersamaan ini, diperoleh pengertian bahwa arti sesungguhnya dari manusia terletak pada kebersamaannya. Kerukunan dan kebersamaan ini bukan hanya harus tercipta intern seagama, tetapi lebih penting adalah antar umat yang berbeda agama didunia (pluralitas agama).
Itulah konsep ajaran Islam tentang pluralitas, kalaupun kenyataannya berbeda dengan realita, bukan berarti konsep ajarannya yang salah, akan tetapi pelaku atau manusianya yang perlu dipersalahkan dan selanjutnya diingatkan dengan cara-cara yang hasanah dan hikmah.









0 komentar:

Posting Komentar

Site search

    Blogger news

    Blogroll

    About